LUMPUR
PANAS SIDOARJO
LUPSI
PERUBAHAN ANTAR WAKTU
BAGIAN 1
BENCANA LUMPUR PANAS SIDOARJO:
MISTERI DAN KEUNIKAN
Gambar 1. Antara semburan lumpur panas Sidoarjo (mud volcano) dan komplek Gunung
Pananggungan (magmatic volcano, yang masih mengandung misteri. (Foto Prasetyo 28
Oktober, 2008)
Gambar 2.
Artikel ilmiah dan strategis
berjudul War-game Debat Lupsi di forum internasional AAPG di Afrika Selatan
tema Lupsi dipicu gempa atau pemboran (Prasetyo, 2008)
Buku Yang Sangat Bernilai
Pesan dari Ketua
Dewan Pengarah BPLS
Kesempatan emas (golden opportunity)
The Past is the key to the Present and the Future
Drama si Lupsi
Antara Mud Volcano dan Underground Blow Out
Gambar 3.
Citra satelit digunakan sebagai
peta citra (image map) untuk menafsirkan geometri dan struktur dari Kaldera
Lupsi setelah mengalami interval sudden collapse ke 2 tanggal 2 Juni 2008
(Sumber Prasetyo 2008).
Antara teknologi canggih sampai spiritual
Manajemen Lupsi di Permukaan
Gambar 4.
Wakapolres Sidoarjo dan Waka Bapel
BPLS besalaman setelah buldozer pertama berhasil menembus bagian ujung Tanggul
Reno yang telah menanti lebih 1 tahun untuk dibangun sebagai Tanggul Lingkar
Luar (outer ring dikes). Hal ini karena mendapatkan penolakan dari warga,
dikaitkan dengan penuntasan skema cash and carry (Prasetyo 2008).
Gambar 5.
Pengerukan dan reklamasi di Muara
Kali Porong bukan lagi sebagai impian. Gambar memperlihatkan pengisian daratan
baru (reklamasi) dari bagian seluas 26 hektar yang direncanakan, sebagai salah
satu subsistem misi normalisasi Kali Porong (Sumber Prasetyo 2008).
Nilai ekonomi lumpur Sidoarjo
Gejolak Sosial
Gambar 6: Skema diagram dari Perpres 48/2008 tentang perubahan Peraturan Presiden
No. 14/2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (sumber Prasetyo
2008).
Nilai Ekonomi Lumpur Sidoarjo
Jujur dalam menilai keberhasilan dan kegagalan
Kelanjutan Perenungan, Semburan Lupsi sudah sulit dihentikan
Estafet Pengemban Misi Penanggulangan Lupsi
Gambar 9.
Pola pikir yang dikembangkan,
Peningkatan Penyelamatan Penduduk, Penanganan masalah sosial dan infrastruktur
di daerah BENCANA Lumpur Sidoarjo (Prasetyo 2007).
Mengenang Para Pahlawan Sidoarjo.
Gambar
10. Judul cover depan tulisan untuk memberikan
apresiasi kepada para pahlawan Lupsi (Prasetyo 2008).
Mekanisme Peninjauan
dan Pendalaman Buku
Gambar 11. Analisis Tata Urut dan Kata Kunci, kotak kuning adalah
BAB dan angka putih dalam kotak merah jumlah halaman. Penulis menyarankan agar
Bab 6 didahulukan dan Bab 5 menjadi Bab terakhir (Prasetyo 2008, Paparan Bedah
Buku Semburan Lumpur Sidoarjo).
Hormat kami
Dikontribusikan:
Oleh Prof. Dr. Ir. Hardi Prasetyo
Wakil Kepala,
Bapel BPLS
Oktober 2008
Pokok-pokok
tinjauan (Review) dan pendalaman (exploring)
terhadap Buku ditulis oleh
Dr. Ir.
Basuki Hadimulyono MSc,
selaku mantan Kepala Pelaksana Timnas PSLS berjudul
LUMPUR PANAS SIDOARJO: PELAJARAN
DARI
SEBUAH BENCANA,
BAGIAN 1
BENCANA LUMPUR PANAS SIDOARJO:
MISTERI DAN KEUNIKAN
Menulis sebuah buku bernuansa ‘kenangan’ (memoar) dari suatu peristiwa yang
komplek (complex phenomena) dan
sebagai even yang sedang terjadi dengan penuh dinamika (dynamically event going on), bukan merupakan suatu pekerjaan yang
mudah.
Gambar 1. Antara semburan lumpur panas Sidoarjo (mud volcano) dan komplek Gunung
Pananggungan (magmatic volcano, yang masih mengandung misteri. (Foto Prasetyo 28
Oktober, 2008)
Karena antara saat peristiwa
penting terjadi dan saat buku tersebut dipublikasikan terdapat suatu tenggang
waktu (time gap). Sehingga tidak
menutup kemungkinan selama tenggang waktu tersebut, terjadi suatu perubahan
yang dramatis (dramatical changes).
Apalagi buku yang ditulis masih
mengandung suatu misteri (mystery
content), tentang apa yang sebenarnya penyebab dan pemicunya (causing and triggering) sendiri (Gambar
1). Bahkan misteri tersebut telah lemicu terjadinya kontroversi akademik (scientific based controversy) diantara
para pakar di bidangnya.
Gambar 2.
Artikel ilmiah dan strategis
berjudul War-game Debat Lupsi di forum internasional AAPG di Afrika Selatan
tema Lupsi dipicu gempa atau pemboran (Prasetyo, 2008)
Pada perkembangan terkini,
dengan mempertimbangkan bahwa kontroversi terkait di negara asalnya (Indonesia)
belum juga dapat dicarikan solusinya. Maka ditempat nan jauh di negera
seberang, tepatnya di Cape Town, Afrika Selatan (Gambar 2) akan dilaksanakan
suatu debat pada forum internasional American
Association of Petroleum Geologist (AAPG). Merupakan upaya dari masyarakat
internasional (international community)
untuk mengkontribusikan sesuatu yang bermakna dalam upaya mencarikan solusi
yang lebih maju dan nyata (actual
progress and solution).
Di samping itu secara
keseluruhan (the overall) buku
tersebut mempunyai nilai (values),
yang dapat digunakan sebagai suatu alat bantu, antara lain sebagai bukti baru (new evidence or facts) untuk suatu
proses hukum (law processes) yang
sedang berlangsung saat ini di Jawa Timur. Dalam kaitan ini, makna dan pesan
yang disampaikan penulis buku trsebut, mempunyai resiko atau implikasi (risk or implication) untuk menimbulkan
suatu kontroversi yang baru.
Pada kondisi seperti diuraikan
di atas yang penuh tantangan dan dinamika (dynamic
and challenge condition) itulah Dr. Ir. Basuki Hadimuljono MSc telah
berhasil mengemas suatu buku yang sangat apik, diberi judul SEMBURAN LUMPUR PANAS SIDOARJO: Pelajaran dari
Sebuah Bencana.
Buku Yang Sangat Bernilai
Dengan posisi Dr. Ir. Basuki H.
(selanjutnya disebut sebagai penulis buku) selaku mantan Ketua Pelaksana Tim
Nasional, Penanggulangan Semburan Lumpur Sidoarjo (selanjutnya disebut Timnas
PSLS), menjadikan buku tersebut yang ditulis dengan menggunakan data aspek
substansi yang kaya dan akurat (rich and
precesion) bersumber dari tangan pertama (first hand information sources) sebagai baseline informasi yang
sangat berguna.
Disamping itu dalam menjalankan
tugas untuk penanggulangan bencana disebabkan lahirnya mud volcano di Sidoarjo yang multi komplek. Sehingga penulis buku,
telah mengadobsi kata-kata bijak baik dari para pemikir ternama (filosof). Maupun
para pemimpin laskar (Jenderal) di medan perang.
Hal ini untuk mengekspresikan
kegundahan dan kegaluannya penulis buku terhadap kondisi dimana belum dapat
mengakhiri misi yang diembanya dengan tuntas, karena waktu juga yang
membatasinya.
Atau impian belum sepenuhnya
menjadi kenyataan atau dapat berakhir dengan bahagia (happy ending).
Pesan dari Ketua
Dewan Pengarah BPLS
Pada bagian sambutan, Bapak
Menteri Pekerjaan Umum, selaku Ketua Dewan Pengarah Badan Penanggulangan Lumpur
Sidoarjo (selanjutnya disebut BPLS), telah menyampaikan pesannya bahwa
diharapkan pengalaman dan pelajaran dari sebuah bencana semburan lumpur Sidoarjo, sebagaimana yang diungkapkan oleh
penulis buku, kiranya dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai alat bantu yang bernilai
(valuable tool) bagi Badan Pelaksana
(selanjutnya Bapel) guna melanjutkan misi nasional Timnas PSLS, dalam rangka
Penanggulangan Lumpur Panas Sidoarjo (selanjutnya disebut Lupsi).
Kesempatan emas (golden opportunity)
Penulis merasa sangat beruntung
mendapatkan tugas yang tidak mudah namun menantang ini, untuk meninjau dan
menelaahnya secara komprehensif, terhadap keseluruhan isi buku tersebut.
Alasan utama mengapa merasa
beruntung? Karena dengan tugas tersebut, mengharuskan penulis untuk membaca,
mendalami, dan melakukan kajian secara komprehensif, integral dan holistik.
Hal ini merupakan suatu peluang
emas (golden upportunity), sebagai
suatu proses belajar learning process terhadap tantangan, kebijakan dan
langkah-langkah nyata yang telah ditempuh semasa Timnas PSLS.
Suatu masa sebelum BPLS
melanjutkan perannya. Dalam hal ini terkandung makna pengalaman dari Timnas PSLS
merupakan guru yang terbaik, dan patut di simak keberhasilan maupun
kegagalan-kegagalanNYA. Yang secara jujur telah diungkapkan oleh penulis buku
secara gamblang.
The Past is the key to the Present and the Future
Agar momen meninjau dan
menelaah buku ini yang pada hakekatnya merupakan suatu proses kilas balik (flash back) dapat dioptimalkan. Maka
dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan penulis buku dan panitia
peluncuran buku tersebut, selanjutnya diterapkan sutu pendekatan dan strategi (approach and strategy) yang pada
intinya akan menyandingkan kondisi yang terjadi saat Timnas berperan (The Past).
Dengan kondisi aktual saat ini (the Present) saat Bapel BPLS
melaksanakan misi nasional penanggulangan lumpur Sidoarjo. Sehingga secara berkelanjutan tercipta suatu kondisi the Past is the key to the Present and
Future, masa lalu merupakan kunci keberhasilan sekarang dan ke depan.
Drama si Lupsi
Ketika penulis membaca bagian
Pengantar dan Bab 1 Drama si Lusi, maka kesan pertama bahwa Drama
si Lusi sudah dapat meringkas kondisi fisik maupun suasana kebatinan yang
merupakan pengalaman atau hikmah dari sebuah Bencana, disebabkan oleh semburan Lumpur Panas Sidoarjo. Sehingga
penulis menyarankan kepada penulis buku bahwa bagian Drama Si Lusi dapat
disusun tersendiri, menjadi suatu buku kecil atau buku saku (pocket book).
Antara Mud Volcano dan Underground Blow Out
Saat penulis harus melakukan
suatu kajian ilmiah dan strategis sehubungan dengan akan dilaksanakan debat Lupsi
dipicu oleh gempabumi atau pemboran
forum internasional American Association Petroleum Geologists (AAPG) 28 Oktober
di Cape Town Afrika Selatan. Maka Bab 2 Antara mud volcano dan underground
blow out, memberikan bekal informasi dan knowlege terhadap kontroversi penyebab dan pemicu Lupsi.
Pada bagian awal dari bukunya
Dr. Basuki membuka pertanyaan mengapa
terjadi semburan Lupsi di Sidoarjo, bukan di Purwodadi atau Gresik? Yang
dijawabnya dengan gamblang karena di Sijoarjolah telah lahir suatu mud
volcano. Sehingga ketika memasuki Bab 2 terhadap kontroversi penyebab (causing) dan pemicu (triggering) Lupsi tersebut penulis buku
dengan dilatar belakangi sebagai pakar kebumian (the Earth Sciences), sangat cermat, mendalam dan komprehensif
ketika menguraikan skenario Lupsi sebagai proses alam (natural phenomena) berupa gunung lumpur (mud volcano).
Gambar 3.
Citra satelit digunakan sebagai
peta citra (image map) untuk menafsirkan geometri dan struktur dari Kaldera
Lupsi setelah mengalami interval sudden collapse ke 2 tanggal 2 Juni 2008
(Sumber Prasetyo 2008).
Antara teknologi canggih sampai spiritual
Ketika banyak orang
mempertanyakan mengapa Pemerintah dalam hal ini Bapel BPLS tidak segera
melakukan upaya penanggulangan semburan Lupsi? Maka pada Bab 3, Antara teknologi canggih
sampai spiritual, penulis buku telah menguraikan secara mendalam
terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan selama Timnas. Dengan penekanan kepada
teknologi canggih (advance technology)
yang disebut-sebut sebagai senjata pamungkas yaitu Relief well1&2. Diikuti
dengan metoda insersi rangkaian bola-bola beton yang, pada hakekatnya bertujuan
untuk memperkecil debit semburan (decreasing
flow rate). Walaupun akhirnya diakui keduanya gagal.
Demikian pula usulan yang
tidak/belum dapat diimplementasikan dengan teknologi double cofferdam dari Kathahira (Jepang) yang penulis sebut
‘sebagai tong’ setan, karena akan membangun suatu silinder di pusat semburan dengan
tinggi 40m dan diameter 120 m.
Saat usulan tersebut di bahas
salah satu perhatian (concern) adalah
pada potensi yang mungkin ditimbulkan oleh deformasi geologi (geohazard). Kekhawatiran tersebut
akhirnya menjadi kenyataan, karena pusat semburan (eruption centre) telah tiga kali mengalami interval (recurrent interval) runtuh seketika (sudden collapse). Sehingga saat ini
membentuk suatu morfologi kaldera yang luas(Prasetyo, Juni 2008), yang
sebelumnya berbentuk suatu kepundan (crater)
sebagai daerah topografi tinggian (topographic
high)
Hal penting yang dapat
ditangkap dan berguna sebagai suatu baselines
penanggulangan semburan Lupsi ke depan adalah, penulis buku menyatakan bahwa
teknologi tepat guna yang akan diterapkan ke depan sangat ditentukan oleh kesimpulan
dari pemicu Lupsi apakah oleh mud volcano
atau underground blowout (UGBO).
Berkenaan dengan hasil beberapa
kajian yang mempunyai kredebilitas tinggi, didasarkan pada kajian ilmiah
akhir-akhir ini umumnya menyimpulkan bahwa ‘sudah terlambat untuk menghentikan
semburan’ (Prasetyo. H., 2008 - Dokumen War-game debat Lupsi).
Pada sambutan pengantar
peluncuran buku tersebut penulis buku sebagai Geolog (Ahli Geologi) manyatakan
bahwa ‘semburan Lupsi sudah demikian besar, sehingga tidak yakin bila seburan
Lupsi dapat dihentikan, sehingga akan berlangsung lama’.
Sebagai konsekuensi ‘bila
masih ada orang yang tidak sepakat untuk mengalirkannya ke laut melalui Kali
Porong, maka pertanyaan apakah pihak tersebut bisa mencarikan solusi terhadap
fakta bahwa kita dihadapkan pada realitas semburan sebesar 100.000 m3/hari
lumpur panas, yang mau dikemanakan”?. Disimpan selamanya pada kolam
penampungan lumpur yang telah ada selama ini atau yang akan dibangun kemudian,
adalah suatu yang tidak mungkin!.
Manajemen Lupsi di Permukaan
Gambar 4.
Wakapolres Sidoarjo dan Waka Bapel
BPLS besalaman setelah buldozer pertama berhasil menembus bagian ujung Tanggul
Reno yang telah menanti lebih 1 tahun untuk dibangun sebagai Tanggul Lingkar
Luar (outer ring dikes). Hal ini karena mendapatkan penolakan dari warga,
dikaitkan dengan penuntasan skema cash and carry (Prasetyo 2008).
Ketika Bapel BPLS dihadapkan
pada ancaman berpotensinya meluas peta area terdampak 22 Maret 2007
(selanjutnya disebut PAT). Karena disatu sisi, sejak 2 Juni 2008 telah
terjadinya perubahan drastis (dramatical
changes) di pusat semburan, yang saat ini telah membentuk suatu kaldera
yang luas (a large caldera). Sehingga
memberikan implikasi semakin sulitnya upaya pengaliran Lupsi ke selatan ke Kali
Porong.
Disisi lain tanggul lingkar
luar sebagai benteng terakhir bila terjadi kegagalan dalam pengendalian Lupsi
di pusat Semburan, setelah menunggu lebih dari satu tahun belum dapat
dilaksanakan (Gambar 4). Karena mendapatkan penolakan dari warga dikaitkan
dengan belum tuntasnya cash and carry
oleh Lapindo. Demikian pula pengangkutan Lusi dari Kali Porong ke laut, masih
dihadapkan banyak maralah teknis dan nonteknis.
Gambar 5.
Pengerukan dan reklamasi di Muara
Kali Porong bukan lagi sebagai impian. Gambar memperlihatkan pengisian daratan
baru (reklamasi) dari bagian seluas 26 hektar yang direncanakan, sebagai salah
satu subsistem misi normalisasi Kali Porong (Sumber Prasetyo 2008).
Bab 4 dari buku berjudul
Manajemen Lumpur di permukaan, banyak mengungkapkan rasionalisasi
pemilihan rancang bangun, dan teknologi, disertai dengan evaluasi keberhasilan
penanganan luapan Lupsi di permukaan.
Pada era Timnas telah dilakukan
rintisan dan inovasi: 1) mulai digulirkan keputusan membuang lusi ke Kali
Porong, 2) membuat kanal dari pusat semburan ke intake, dan 3) memompa lupsi panas dengan terlebih dahulu
diencerkan dan didinginkan di spillway, dan
4) inovasi pengaliran lusi ke laut melalui pipa, walaupun akhirnya tidak
berjalan sesuai yang diharapkan.
Nilai ekonomi lumpur Sidoarjo
Permasalahan yang demikan
dahsyat yang dihadapi BPLS sejak hari pertama mengijakkan kakinya di bumi
Porong, berfokus pada empat misi yaitu semburan, luapan, sosial kemasyaratan,
dan infrastrukur. Secara menyeluruh dimensi kewilayahan dan otoritas peran dan
tanggung jawab yang melekatnya dari hari ke hari semakin meluas. Sehingga sejak
tahun 2007 ketika Bapel BPLS belum sempat menangani aspek pemanfaatan Lupsi
menjadi usaha-usaha ekonomi.
Dengan dilatarbelakangi hal
tersebut di atas pada Bab 5 dengan judul
Nilai ekonomi lumpur sidoarjo, sangat membantu BPLS sebagai rekaman
hasil uji-coba (experiment records),
terhadap pemanfatan Lupsi untuk berbagai kemungkinan.
Salah satu tahapan yang telah
ditempuh dan mempunyai arti strategis adalah semakin diyakini bahwa lumpur
panas Sidoarjo dalam batas-batas tertentu tidak mengandung unsur-unsur beracun
yang membahayakan jiwa amanusia atau lingkungan hidup.
Gejolak Sosial
Sejak BPLS melaksanakan misi
nasional penanggulangan Lupsi, maka dari waktu ke waktu permasalahan sosial
kemasyarakatan semakin meningkat dan terjadi akumulasi (accumulation of social soceity problems). Sehingga sampai pada
suatu titik kritis, yaitu masalah sosial kemasyarakatan telah menghambat
pelaksanan tugas lapangan terkait penanggulangan semburan dan penanganan luapan
Lupsi.
Pada Bab 6 Gejolak Sosial, sangat membantu memahami latar belakang
ditempuhnya skema jual beli lahan dan bangunan warga dengan harga khusus (cash and carry skema tahapan 20% dan
80%) dan tahapan tersebut diawali dengan proses bantuan sosial (Bansos) yang
merupakan suatu kesatuan utuh, meliputi evakuasi, jaminan hidup, dan kontrak
selama 2 tahun.
Gambar 6: Skema diagram dari Perpres 48/2008 tentang perubahan Peraturan Presiden
No. 14/2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (sumber Prasetyo
2008).
Bab tersebut menjelaskan
mengapa skema cash and carry ditempuh
tapi gagal mendapatkan kesepakatan untuk pembayaran 100% sekaligus, selanjutnya
disepakati skema pembayaran 20:80%. Termasuk di dalamnya tahapan penentuan peta
area terdampak (PAT) yang diawali 26 November 2006, selanjutnya pasca
tergenangnya PerumTAS ditentukan Peta Area Terdampak 22 Maret 2007.
Juga lemberikan gambaran
terhadap latar belakang apa sehingga diputuskan terhadap apa yang saat ini
terkenal sebagai ‘Harga Lapindo’ dengan angka (120 Ribu, 1juta, dan 1,5 juta),
masing-masing per meter perseginya untuk sawah, tanah kering dan bangungan. Harga
Lapindo tersebut selanjutnya menghebohkan kerena awalnya mengandung
komponen kompensasi yang khusus dirancang dan diberlakukan di dalam PAT. Namun
pada perkembangan terkini, seolah-olah Harga Lapindo telah menjadi acuan
untuk diberlakukan di sekitar daerah terdampak.
Bapel BPLS mangadopsi secara
umum skema jual beli lahan dan bangunan warga oleh Lapindo yang dipayungi oleh
Pasal 15 (Ayat 1-4) Perpres 14/2007 dan selanjutnya dilakukan perubahan
seperlunya dalam Perpres 48/2008 (Gambar 6), sebagai payung hukum untuk
pelaksanaan pembebasan 3 Desa di luar PAT pasca jebolnya Tanggul 40 pada
Februari 2008.
Nilai Ekonomi Lumpur Sidoarjo
Gambar 7. Memperlihatkan penataan di pintu masuk (sektor Siring)
wilayah pengendalian semburan dan luapan Lupsi, untuk merubah persepsi dan
citra bahwa PAT sebagai suatu daerah yang membahayakan, menakutkan menjadi
suatu cagar fenomena alam yang penuh pesona bagi pengunjungnya (Foto Prasetyo, Oktober
2008).
Semburan dan luapan lusi telah
menimbulkan bencana yang merusak tatanan terhadap sendi-sendi kehidupan
masyarakat di sekitarnya, termasuk aset dan roda perekonomian mencakup: lahan
dan bangunan, pencemaran lahan, kerugian langsung sektor pertanian, perkebunan,
perikanan, industri, infrastruktur umum.
Pada bab 7
Nilai ekonomi lumpur sidoarjo diuraikan termasuk secara
kuantitatif dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh semburan dan luapan lusi.
Bagian ini sangat penting ketika BPLS mendapat tugas untuk membangun kembali
beberapa infrastruktur, yang telah mengalami kerusakan sejak awal terjadinya
semburan Lupsi.
Jujur dalam menilai keberhasilan dan kegagalan
Terhadap evaluasi dari misi
yang diamatkan kepada Timnas, penulis buku sangat jujur dan rasional khususnya
pada upaya penanggulangan semburan dan luapan Lupsi, untuk menilai mana yang
secara teknis tidak berhasil, mana yang berhasil. Walaupun upaya yang dilakukan
telah optimal.
Sehingga sesuai dari judul
penulis buku menggaris bawahi bahwa sebagai keluaran (output dan outcome) dari
buku ini adalah suatu Pelajaran Berharga terhadap Pentingnya
pengambilan keputusan yang cepat dan ketegasan untuk mengimplementasikan
keputusan dan kebijakan yang sudah diambil.
Kelanjutan Perenungan, Semburan Lupsi sudah sulit dihentikan
Pada pengantar pembahasan dan
pembedahan buku, Dr. Basuki menyatakan bahwa saat ini semburan Lupsi sudah
demikian besar (Gambar 8), sehingga tidak yakin bahwa semburan mud volcano
Lupsi untuk dapat dihentikan. Catatan pada ulang tahunnya ke 2, Lupsi telah
dianugrahi julukan atau predikat oleh pakar kebumian manca negara sebagai suatu
mud volcano yang penuh misteri dan tercepat tumbuhnya di seluruh dunia (the World’s fastest growing mud volcano).
Sejalan dengan hal tersebut
pada pesan-pesan yang tersirat pada prolog terutama bab 2, 3, dan 4, maka BPLS
yang meneruskan misi yang diembannya diharapkan dapat sabar dan
terus tegar mengahadapi tantangan-tantangan yang terkadang tidak dapat diduga
sebelumnya.
Kami sebagai sebagai salah satu
unsur ‘pelaksana penerus’ atau ‘generasi penerus’ akan selalu berupaya untuk
meneruskan segala sasaran strategis yang belum dapat dicapai, dan tentunya akan
menggunakan pengalaman yang penuh tantangan menghadapi misi kebencanaan yang
unik dan khusus Lumpur Panas Sidoarajo. Yang belum ada duanya di dunia ini,
untuk menyempurnakan pelaksanaan tugas-tugas saat ini dan ke depan.
Estafet Pengemban Misi Penanggulangan Lupsi
Gambar 9.
Pola pikir yang dikembangkan,
Peningkatan Penyelamatan Penduduk, Penanganan masalah sosial dan infrastruktur
di daerah BENCANA Lumpur Sidoarjo (Prasetyo 2007).
Mengenang Para Pahlawan Sidoarjo.
BPLS sebagai penerus Timnas
juga berupaya untuk terus mengenang 14 (empat belas) Pahlawan Lumpur Panas
Sidoarjo yang telah mengorbankan jiwa dan raganya dalam melaksanakan tugas nasional
yang mulia pada masa Timnas PSLS. Sebagaimana diuraikan pada Bab 7 dari buku
berjudul Mengenang
Para Pahlawan Sidoarjo.
Bab ini juga memberikan
kesadaran kepada kita bahwa Lupsi bukan saja mengancam warga di sekitarnya,
tapi khususnya bagi seluruh jajaran pelaksana di lapangan (BPLS, Lapindo/MLJ,
Kontraktor, Keamanan). Sehingga harus senantiasa ditingkatkan kewaspadaan Safety-Health-Environment dalam
menjalankan operasi lapangan hari demi hari (day
by day operation).
Gambar
10. Judul cover depan tulisan untuk memberikan
apresiasi kepada para pahlawan Lupsi (Prasetyo 2008).
Mekanisme Peninjauan
dan Pendalaman Buku
Lumpur Panas Sidoarjo: Perubahan Antar Waktu (Gambar 11) disusun kembali berdasarkan baselines
presentasi format paparan (Power Point)
penulis pada acara Peluncuran dan Bedah Buku tersebut. Dengan melakukan
penekanan dan aktualisasi di sana-sini, dengan mengikuti tata urut sebagaimana
dalam buku terkait (Gambar 12)
Penulisan dokumen Lumpur Panas Sidoarjo: Perubahan Antar Waktu pada
hakekatnya merupakan suatu perwujudan terhadap adanya konsistensi dan komitmen Pemerintah untuk lebih meningkatkan
Penanggulangan terhadap BENCANA Lupsi yang telah berlangsung dengan
durasi bulan ke 30. Dalam kaitan ini diharapkan antara institusi pendahulu (pionir institution) yaitu Timnas PSLS
dengan institusi penerus yaitu Bapel BPLS terdapat suatu keselarasan (conformity) dalam arah dan kebijakan
nasional (direction and national policy).
Gambar 11. Analisis Tata Urut dan Kata Kunci, kotak kuning adalah
BAB dan angka putih dalam kotak merah jumlah halaman. Penulis menyarankan agar
Bab 6 didahulukan dan Bab 5 menjadi Bab terakhir (Prasetyo 2008, Paparan Bedah
Buku Semburan Lumpur Sidoarjo).
Perbedaan yang berkembanga satu terhadap lainnya adalah adanya perubahan
(changes) terhadap lingkungan
strategis (strategic environmental). Sehingga
menuntut adanya aktualisasi (actualization)
dari visi (vision), misi (mission) dan sasaran strategis dan
operasional (strategic and operational
target).
Untuk itu diperlukan suatu instrumen kelembagaan (institutional instrument) Bapel BPLS yang harus dapat berpikir dan
bertindak (think and action) yang
cepat (fast), tepat (accurate) dan bijak (wisdom) dalam merespon perubahan yang
sering tidak terduga (unpredictable
change), dari suatu BENCANA yang penyebabnya sendiri masih menjadi Misteri (mystery disastrous) dan perkembangan
dampak sosial kemasyarakatan, ekonomi, dan keamanan/ketertiban sudah demikian
komplek.
Hormat kami
Hardi Prasetyo
Peninjau dan Pembahas buku Lumpur
Panas Sidoarjo: Pengalaman dari Sebuah Bencana (Basuki H., 2008)
Penulis saat memberikan penjelasan kepada Dutabesar
Kerajaan Inggris saat mengunjungi Lupsi. Latar belakang adalah puing-puing
berserakan di PerumTAS, sebagai sinyal betapa dahsyatnya dampak dari semburan
Lumpur Panas Sidoarjo terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar