BAGIAN
9
Dampak Sosial
Ekonomi
Umum
Gambar 67. Isu kritis Dampak Sosial Ekonomi
(Paparam Prasetyo 2008)
·
Luapan Lusi di
dalam PAT. Semburan dan luapan Lupsi yang tidak terkendali telah menggenangi
wilayah di dalam Peta Area Terdampak.
·
Luapan Lupsi
ini telah merusak infrastruktur, fasilitas dan sarana umum (fasum), Lingkungan
fisik dan hidup, dan bencana geologi (geohazard) antara lain penurunan tanah dan bualan (subsidence and
bubble).
·
Upaya
penanganan sosial, ekonomi: Mencakup Pengendalian luapan lumpur, Relokasi
Infrastruktur, ‘resettlement warga (dilaksanakan Lapindo).
·
Kerugian
akibat Lumpur Sidoarjo diperkirakan Rp. 7,6 Triliun.
Pola Pikir dan Kata Kunci Dampak Sosial Ekonomi
Semburan Lumpur
Gambar 68. Alur Pikir Dampak Sosial Ekonomi dan Kata Kunci
(Papran Prasetyo 2008)
·
Penulis
memulai bagian ini dengan pesan moral yaitu Cobaan yang diberikan Tuhan
begitu menyengat kita semua.
·
Lupsi
telah melibas apa saja yang dilaluinya, dan proses berjalan terus secara merambat, sehingga dari waktu ke waktu
daerah yang dilibasnya semakin luas.
·
Lupsi telah menimbulkan
bencana kemanusiaan dan lingkungan hidup (human and environmental disasters)
telah mengganggu psikis warga, terutama yang berada di tempat pengungsian.
·
Sementara masalah
sosial kemasyarakatan sebagai dampak luapan Lupsi ini telah memberikan kerugian
yang besar, namun hingga saat buku ditulis belum ada kepastian bahwa semburan
Lupsi dapat berhenti.
·
Berbagai upaya
untuk menghentikan semburan sebagaimana disajikan pada Bab 3 antara teknologi
canggih sampai spiritual telah dilakukan, namun sebegitu jauh diakui penulis
buku tanpa hasil sebagaimana yang diharapkan.
·
Akhirnya realitas
tersebut menuai pernyataan pesimistik dari para ahli kebumian. Penulis buku
menambahkan bahwa Para ahli geologi manca negara telah nyaris menyerah.
·
Suatu wacana
yang berkembang adalah bahwa semburan Lupsi tak akan berhenti waktu singkat. Semburan
dapat berlangsung puluhan tahun ke depan.
·
Tim IAGI yang
menghitung volume sumber semburan lumpur (Formasi Kalibeng) vs debit semburan rata-rata
sebesar 100.000 m3/hari mendapatkan skenario pesimis durasi Lupsi sebesar 31 tahun.
·
Berdasarkan
hal tersebut, muncul wacana yang meresahkan masyarakat bahwa semburan dapat menenggelamkan
Sidoarjo, bahkan Surabaya.
·
Data dan
informasi penurunan tanah (land subsidence) menunjukkan daerah terdampak
dengan bentuk elips seluas 3,5 km dengan intensitas 2-4 cm/hari terutama di pusat
semburan.
Sejak Juni 2008 Bapel BPLS
mencatat terjadinya runtuh seketika pusat semburan dengan intensitas mencapai
4-6 malam satu malam.
Sebagai dampak semburan
dan luapan lumpur adalah memicu terjadinya bubble-bubble yang juga
merambah di luar PAT, disebabkan oleh efek pembebanan lumpur yang telah
mencapai jutaan ton sehingga menekan aquifer dangkal.
Kebanyakan bubble keluar
dari sumur-sumur bor air dangkal (sumur pantek).
·
Pada skenario
terburuk bahwa durasi semburan mencapai 31tahun sebagaimana dihasilkan oleh Tim
IAGI tersebut, maka akan terbentuk suatu kubangan raksasa (giant hole) seluas 3,5 km, dengan ke dalam 219m.
·
Luapan Lupsi
tersebut menimbulkan kerugian pada daerah yang terkena dampak langsung (direct
impact).
·
Kerugian yang
terjadi yaitu: 1) 10.000 rumah warga, 2) sekitar 15.000 pengungsi, 3)
menciptakan 2000 pengangguran baru, 4) Kerugian pipa gas meledak lebih dari Rp
214 Milyar.
·
Pada Sidang 27
September 2006 telah dihasilkan 7 (tujuh) butir keputusan terkait
penanggulangan Lupsi di masa Timnas PSLS antara lain yang penting berlanjut ke
Bapel BPLS:
1) Infrastruktur yang
rusak cari alternatif penggantinya untuk jangka pendek, menengah dan panjang,
2) pembuangan Lupsi sebagai
alternatif ke Kali Porong.
·
Berdasarkan
evaluasi Timnas PSLS semburan Lupsi semakin sulit untuk dihentikan (stopping
eruption).
·
Fakta aktual
dari debit semburan menunjukkan kecenderungan semakin besar (dari 5000/h pada
awal, rata-rata 120.000m3/h, menjadi sekitar 150.000m3/hari)
·
Lupsi berdasarkan
evaluasi perkembangan saat ini tanpa memperdebatkan penyebab dan pemicunya oleh
penulis buku disebutnya sebagai mud volcano, dan diperkirakan akan
berhenti dalam waktu lama.
·
Berkenaan
dengan kompleknya masalah sosial kemasyarakatan yang menimbulkan pengungsi
dalam jumlah yang besar, maka skema relokasi (resettlement) dinilai sebagai suatu pilihan yang paling realistis.
·
Berkenaan
dengan terjadinya pengungsi lingkungan tersebut maka DPR RI menyatakan bahwa manusia harus lebih
penting diprioritaskan dan jangan disengsarakan.
Hal ini memberikan sinyal
bahwa strategi penanganan masalah sosial kemasyarakatan harus lebih
diprioritaskan, daripada upaya penanggulangan semburan Lupsi yang belum ada
kepastian bisa menghentikan Lupsi dalam jangka pendek.
·
Berkenaan
dengan pengungsi tersebut pihak Komnas HAM menekankan bahwa Lapindo harus
bertanggungjawab dan wajib hukumnya.
·
Desember 2006
Lapindo menyetujui pembelian aset-aset
warga dengan harga khusus dan persetujuan final resettlement
·
Keputusan
Lapindo tersebut walaupun menunjukkan adanya komitmen dan konsistensi untuk
menangani masalah sosial kemasyarakatan, namun masih tidak sesuai dengan harapan
masyarakat secara menyeluruh.
Hal ini karena tak sesuai dengan
harapan mereka yang awalnya akan dibayar dengan skema 100% (cash and carry).
Kenyataannya yang ditetapkan adalah skema cash and carry plus dalam arti
tahap pembayaran menjadi skema 20-80%.
·
Kerugian
Ekonomi akibat Lumpur Sidoarjo diperkirakan Rp 7,6 T, yang ditanggung Lapindo
Rp, 3,5 T.
Gambar 69. Foto memperlihatkan kondisi infrastruktur yang mengalami dampak:
·
Jalan raya,
jembatan putul, rel kereta api tergenang, pipa gas rusak, jaringan listrik SUTTET
diputuskan karena berbahaya.
·
Rencana alignment
relokasi infrastruktur.
Dampak
Lupsi status 2007 mencakup:
·
Rusaknya
struktur, fasilitas dan prasarana, mencakup a). hilangnya kepemilikan, bangunan
perumahan, pemerintah, pendidikan, agama, ekonomi. b). rusaknya jaringan tenaga
listrik 70-150 KV, c). rusaknya pipa gas, d). rusaknya jalan tol, dan e)
rusaknya rel kereta api.
·
Rusaknya
tanaman, sumber kehidupan; a). 306,2 Ha sawah padi, dan b) 64 ha tanaman tebu.
·
Sedimentasi
pada aliran K. Porong, menyebabkan resiko banjir lebih besar.
·
Kontaminasi
tanah, yaitu mengurangi kesuburan tanah.
·
Kontaminasi
muka air tanah di bawah dan di permukaan, menyebabkan tidak aman air minum,
dampak ekosistem, perairan dan marin.
·
Penurunan
tanah.
Gambar 70. Masjid di Desa Renokenongo terpaksa harus
ditinggalkan warga, sehubungan
pembangunan Tanggul Renokenongo, sebagai benteng pertahanan di sektor timur
laut.
·
Angka 4,5 dan
6 akan memberikan implikasi terhadap memperkecil menyangga kehidupan dan daya
dukung (carrying capacity).
·
Secara
keseluruhan indikator 1-6 memberikan implikasi:
·
Terganggunya
aktivitas ekonomi
·
Mengurangi
kapasitas ekonomi
·
Hilang ekonomi
baik jangka pendek dan jangka panjang
·
Total biaya
ekonomi: AS$3,46M
·
Total biaya
keuangan: AS$0,52M
·
Perbedaan: AS$2,94
Tidak ada komentar:
Posting Komentar